Laporan: Widian Vebriyanto
Aksi represif aparat dalam mengawal
demonstrasi ribuan massa Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia (SNPI) di
depan Istana Negara, Jumat (10/9), justru membuat aksi yang menuntut Jokowi-JK
mundur itu semakin marak digelar di daerah.
Pemukulan aparat terhadap Ketua Umum
DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Beni Pramula bukan direspon dengan
tindakan serupa. Sebaliknya, aksir represif aparat justru menggelorakan
semangat kader IMM di daerah dalam memasifkan gerakan yang mereka sebut dengan
aksi tarik mandat Jokowi-JK.
Setidaknya aksi tarik mandat
Jokowi-JK telah dilakukan di NTB, Maluku, dan Sulawesi Selatan. Tuntutan mereka
sama, mendesak pemerintah segera menurunkan harga, mengantisipasi pemutusan
hubungan kerja (PHK), dan menuntut Jokowi-JK mundur jika tidak segera
menyelesaikan persoalan bangsa. Demonstran juga menyayangkan sikap represif
aparat dalam mengawal mahasiswa menyampaikan aspirasi di jalanan.
“Kami seluruh keluarga Besar IMM NTB
sangat menyayangkan dan mengecam aksi represif itu. Rezim Jokowi telah
menggunakan cara-cara otoriter untuk merespon aksi mahasiswa. Kami mahasiswa
tidak akan tinggal diam. Kami akan menggalang kekuatan rakyat untuk menurunkan
Jokowi-JK,” ujar Ketua Umum DPD IMM NTB, Din Salahudin saat tengah menggelar
aksi bersama puluhan kader di Bunderan BI Kota Mataram, sebagaimana keterangan
tertulisnya kepada Kantor Berita Politik RMOL (Senin, 14/9)
Sementara Sekretaris Umum DPD IMM
Maluku Luthfi Abdullah Wael yang memimpin aksi di Kota Ambon menyerukan bagwa
masyarakat sudah jenuh dengan kepemimpinan Jokowi-JK yang tidak bisa membawa
perubahan berarti bagi masyarakat.
“Inilah yang membuat mahasiswa
bergerak. Mahasiswa mengingatkan pemerintah untuk mewujudkan janji politik yang
pernah diucap,” ujarnya.
Di Makassar, Koordinator Aksi IMM
Isra Harun menjanjikan akan menggelar aksi yang lebih besar. Saat ini aksi
Makassar masih berpusat di kampus Unismuh. Namun Isra menjanjikan akan
menghimpun gerakan yang lebih besar dan melibatkan elemen masyarakat.
“Kontrol lewat demo itu penting
karena memang penguasa harus diingatkan. Tapi jangan membungkam suara rakyat
dengan kekerasan. Itu kejam namanya dan bisa memicu gelombang protes yang lebih
besar lagi. Kami akan segera mengkonsolidasikan gerakan yang lebih besar untuk
menurunkan Jokowi-JK,” ujarnya.
Sebelumnya, segenap elemen mulai
dari mahasiswa, pemuda, pedagang kaki lima, dan buruh ikut bergabung bersama
Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia dalam aksi menuntut Jokowi-JK mundur
di Istana Negara (Jumat, 10/9). Beberapa organisasi kepemudaan juga turut ambil
bagian dalam aksi ini, seperti IMM, Barisan Oposisi Nasional, PMKRI, GPII,
Himmah Alwasliyah, Papernas, APKLI, dan Aliansi Tarik Mandat (ATM).
Dalam aksi itu, Beni Pramula yang
mencium gelagat provokasi dari aparat polisi mencoba menarik mundur kadernya.
Sambil berjalan menuju barisan paling depan aksi, Beni menginstruksikan kader
agar tidak terprovokasi. Sayangnya, begitu sampai di depan, kepalan polisi
secara tiba-tiba mendarat di wajahnya.
“Ya ada pemukulan, kami juga sudah
visum,” ujar Beni.[ian]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar